MAKALAH TENTANG
BATIK
NAMA : 1.
BALQIST SARAHILA BAJREY ( 09 )
2. LAILATUL AYUNI ( 19 )
KELAS : XI –
MIA 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
....................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah
................................................................................. 1
I.3 Tujuan
...................................................................................................... 1
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
II.1 Sejarah Batik Indonesia
................................................................... 2
Jaman Majapahit.............................................................................. 2
II.2 Perkembangan
Batik Di Indonesia ................................................. 3
A.
Batik Solo dan Yogyakarta............................................................ 3
B.
Perkembangan Batik Di Kota-Kota Lain...................................... 4
C.
Pembatikan Di Jakarta................................................................... 5
D.
Pembatikan Di Luar Jawa............................................................... 5
II.3 Tentang
Batik........................................................................................ 6
II.4 Cara Membuat Batik............................................................................. 7
A.
Perlengkapan Membatik............................................................... 7
B.
Proses Pembuatan Batik.............................................................. 8
II.5 Jenis-jenis Batik................................................................................... 9
II.6 Perbedaan Batik Tulis Dan Batik Cap............................................... 13
A.
Batik Tulis.......................................................................................... 13
B.
Batik Cap............................................................................................ 14
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
......................................................................................... 15
III.2 Saran .................................................................................................. 15
Daftar Pustaka
........................................................................................................ ii
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang
berjudul “Batik”. Kami juga bersyukur
atas berkat rezeki dan kesehtan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkn bahan - bahan materi makalah ini dari
internet. kamitelah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang batik.
Kami sadar bahwa makalah yang
kami buat ini masih jauh darisempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yangmembangun untuk
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baiklagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari
para pembaca.
Demikianlah makalah ini kami buat, ada kesalahan
dalam
penulisan, kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan
terima kasih
i
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Batik
merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa lampau, yang telah menjadikan
Negara Indonesia memiliki cirri yang khas di mancanegara. Perkembangan batik
yang sudah menempuh perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai
jenis dan corak batik yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran
batik Indonesia dikancah dunia. Untik itu bagai warga Negara Indonesia kita
harus bangga dan ikut mempertahankan warisan budaya ini agar tidak punah dengan
bergantinnya zaman. Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan teman-teman mengenai warisan budaya Indonesia khususnya batik.
I.2 Rumusan
Masalah
Salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan di Indonesia adalah batik.
Sejak Malaysia pernah mengklaim bahwa batik berasal dari Malaysia, barulah
bangsa Indonesia tersadar dari mimpinya bahwa batik harus segera dilestarikan
kembali keberadaannya. Dan sejak saat itu banyak motif batik bermunculan
kembali bahkan sudah menjadi tren kalau batik merupakan pakaian khas bangsa
Indonesia. Bahkan oleh UNESCO telah ditetapkan bahwa batik sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
Apa itu batik, mengapa batik harus dilestarikan dan bagaimana batik bisa
menjadi suatu kebudayaan yang ada di Indonesia akan dibahas satu persatu dalam
makalah ini.
I.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang kebudayaan batik, terutama tentang motif, corak, teknik,
cara pembuatan maupun alat dan bahan pembuatan batik tradisional Indonesia
sehingga batik indonesia tetap lestari di lingkungan masyarakat.
1
BAB II
ISI DAN
PEMBAHASAN
II.1 Sejarah Batik Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit
dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian
pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Batik
yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap
dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Kesenian
batik adalah kesenian gambar di
atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja
Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja
dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh
karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian
batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya
masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru
oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam
rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya
hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari,
baik wanita maupun pria.
Bahan
kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang
dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu,
tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya
dibuat dari tanahlumpur.
Jaman
Majapahit
Batik
yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit di telusuri di daerah
Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto adalah daerah yang erat hubungannya
dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya
dengan Majapahit.
2
Batik cap
dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat
di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar
Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai
pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis
Sidoarjo banyak dijual.
Ciri khas
dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik
keluaran Yogyakarta, yaitu
dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak
lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo.
Perkembangan
batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik
Solo dan Yogyakarta. Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena
warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari
tom. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang
menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat
daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat
pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
II. 2 Perkembangan Batik Di Indonesia
A.
Batik Solo dan Yogyakarta
Dari kerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitarnya abad 17,18 dan
19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya
batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat
pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan
menjadi komoditi perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam
proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk
pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa
yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal
dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”. Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah
Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan
Senopati.
3
Di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik ke Timur batik Solo dan Yogyakarta
menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung.
Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat
batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
B.
Perkembangan Batik Di Kota-Kota
Lain
Perkembangan
batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut
Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830. Pengikutnya yang
terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di
Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai
pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.
Setelah
perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka
dagang bahan batik sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut
Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha
batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri,
batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.
Meluasnya
pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro dan
banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo
karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu
membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik
terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.
Pemakaian
batik cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari
Yogyakarta. Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX Bahan-bahan yang
dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon
seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya. Motif batik hasil Ciamis adalah
campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan
warna Garutan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar
yang lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena
dipengaruhioleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah
menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena
dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.
4
C.
Pembatikan di Jakarta
Pembatikan
di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan
lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh
pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan
didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar
didekat Tanah Abang
Batik-batik
produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan,
Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah
Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang
batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan
kecil. Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta khususnya
Tanah Abang, dan juga bahan-bahan baku batik diperdagangkan ditempat yang sama,
maka timbul pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan
batik di Jakarta dan tempatnya ialah berdekatan dengan Tanah Abang.
Bahan-bahan
baku batik yang dipergunakan ialah hasil tenunan sendiri dan obat-obatnya hasil
ramuan sendiri dari bahan-bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan sebagainya.
Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama
dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-bahan baku cambric
sudah dikenal dan pemasaran hasil produksinya di Pasar Tanah Abang dan daerah
sekitar Jakarta.
D.
Pembatikan di Luar Jawa
Batik
kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di
luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah
daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa
berkembang didaerah ini.
Sumatera
Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu,
terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di
Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan
yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”, dari batik-batik yang
dibuat di Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan ditrapkan pada kayu
sebagai alat cap. Banyak pedagang-pedagang batik membuka perusahaan-perusahaan
batik dengan bahannya didapat dari Singapore melalui pelabuhan Padang dan
Pakanbaru.
5
Warna
dari batik Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah ungu serta polanya
Banyumasan, Indramajunan, Solo dan Yogya. Sekarang batik produksi Padang lebih
maju lagi tetapi tetap masih jauh dari produksi-produksi dipulau Jawa ini. Alat
untuk cap sekarang telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.
II.3 Tentang Batik
Batik (atau
kata Batik) berasal dari bahasa Jawa“amba”
yang berarti menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri meruju
pada teknik pembuatan corak – menggunakan canting atau cap – dan pencelupan
kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak “malam” (wax) yang
diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam
bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing.
Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat
dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi
dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia(khususnya Jawa)
sejak lama. Kesenian
batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah
satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau
menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian,
sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan
sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam
bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir
yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega
Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah
lazim bagi kaum lelaki.
Ragam
corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik
memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh
dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai
pengaruh luar, seperti para
pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah.
6
Tradisi
membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang
kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa
motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini,
beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keratonYogyakarta dan Surakarta.
Batik
merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih
ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto,
yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. UNESCO menunjuk batik Indonesia
sebagai mahakarya warisan budaya manusia pada 2 Oktober 2009.
CARA
MEMBUAT BATIK
A.
Perlengkapan Membatik
1. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan
membentangkan mori sewaktu dibatik.
2. Bandul
Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan mori yang
baru dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup angin, atau tarikan si pembantik
secara tidak sengaja.
3. Wajan
Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam”.
Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat.
4. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang
biasa digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak.
5. Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik
supaya tidak kena tetesan “malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu
membatik.
7
6. Saringan “malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas
yang banyak kotorannya.
7. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk
memindahkan atau mengambil cairan. Canting ini dipakai untuk
menuliskan pola batik dengan cairan lilin.
8. Mori
Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kwalitet
mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik
yang dihasilkan.
9. Lilin (“Malam”)
Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan
untuk membatik. Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi
dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorotan.
10. Pola
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran
tertentu sebagai contoh motif batik yang akan dibuat.
B. Proses Pembuatan Batik
§ Siapkan kain, buat motif
diatas kain dengan menggunakan pensil
§ Setelah motif selesai dibuat,
sampirkan kain pada gawangan
§ Tahap selanjutnya, menutupi
dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak
berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar.
Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian
yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
§ Mulailah dengan cara
ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar
tidak terlalu panas.
§ Setelah semua motif yang tidak
ingin diwarna dgn warna tertentu tertutup malam. Proses pewarnaan pertama pada
bagian yang tidak
8
- tertutup oleh lilin dilakukan dengan mencelupkan kain
tersebut pada warna tertentu. Kain dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna
muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap nantinya.
§ Setelah dicelupkan, kain
tersebut di jemur dan dikeringkan.
§ Setelah itu adalah proses
nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi direbus dgn air panas. Proses
ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah
digambar menjadi terlihat jelas.
§ Setelah kain bersih dari lilin
dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin
(menggunakan alat canting) untuk menahan warna berikutnya .
§ Dilanjutkan dengan proses
pencelupan warna yang kedua ,pemberian malam lagi.
§ Setelah beberapa kali proses
pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dans oda ash
untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.
§ Proses terakhir adalah mencuci
/direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai.
II.5 Jenis-Jenis Batik
A. Batik Pecinan / Cina
Keturunan
dari para perantau Cina di Indonesia biasanya memproduksi Batik untuk komunitas
sendiri atau juga diperdagangkan. Batik produksi mereka yang disebut Batik
Pecinan. Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya Cina seperti motif
burung Hong atau merak, dan Naga. Pada jaman dahulu Batik Pecinan yang
berbentuk sarung. Di Pekalongan yang terkenal memproduksi Batik Pecinan salah
satunya ialah Tan Tjie Hou.
B. Batik Belanda
Warga
keturunan Belanda banyak juga yang memproduksi batik. Batik yang warga
keturunan Belanda ini mempunyai ciri khas tersendiri. Motif yang digunakan
kebanyakan bunga-bunga yang banyak terdapat di Eropa seperti Tulip dan motif
tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di sana. Tokoh yang terkenal membuat Batik
Belanda di Pekalongan yaitu Van Zuylen dan J.Jans.
9
C. Batik Rifa’iyah
Batik
jenis ini mendapat pengaruh Islam yang kuat. Dalam budaya Islam motif – motif
yang berhubungan dengan benda bernyawa tidak boleh digambarkan sama persis
sesuai aslinya. Batik rifa’iyah terutama yang mengenai motif hewan terlihat
kepalanya terpotong. Biasanya warga keturunan Arab memproduksi batik jenis ini.
D. Batik Pengaruh Kraton
Motif
gaya kraton yang biasanya di pakai yaitu semen, cuwiri, parang dll. Walaupun
bermotif pengaruh kraton tetapi teknik pembuatan dan pewarnaanya dengan gaya
Pekalongan. Sehingga lebih unik dan menarik.
E. Batik Jawa Baru
Dalam
Batik Jawa Baru motif dan warna yang ada pada era batik Jawa Hokokay lebih
disederhanakan, tetapi masih berciri khas pagi sore tanpa tumpal. Kebanyakan
menggunakan motif rangkaian bunga dan lung – lungan.
F. Batik Jlamprang
Motif –
motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik. Batik ini merupakan
pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang
berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya
berbentuk segi empat.
G. Batik Terang Bulan
Suatu
desain batik dimana ornamennya hanya di bagian bawah saja baik itu berupa
ornamen pasung atasnya kosong atau berupa titik – titik . Batik Terang Bulan
ini disebut juga Gedong atau Ram – raman.
H. Batik Cap Kombinasi
Tulis
Batik
kombinasi tulis sebenarnya batik cap di mana proses kedua atau sebelum disoga
direntes atau dirining oleh pembatik tulis sehingga batik kelihatan seperti
ditulis. Hal ini dilakukan untuk mempercepat produksi batik dan keseragaman.
10
I. Batik Tiga Negeri
Pekalongan
Seperti
halnya batik – batik negara lain dimana dalam satu kain terdapat warna merah
biru soga yang semua dibuat di Pekalongan.
J. Sogan Pekalongan
Batik
dengan proses dua kali dimana proses pertama latar putih kadang ada coletan,
dan untuk proses kedua batik ditanahi penuh atau ornamen plataran berupa titik
halus baru setelah itu disoga. Batik Soga terlihat klasik
K. Tribusana
Merupakan
batik gaya baru dimana cara pembuatan proses kedua direntas atau riningan dan
kebanyakan motif – motif nya lung – lungan lanjuran. Batik Tribusana ini ada
yang tahunan dan polos.
L. Batik Pangan / Petani
Biasanya
batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai
daerah masing –masing dan batik ini dikerjakan secara tidak professional karena
hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.
M. Coletan
Dimana
dalam suatu kain batik pewarnaan di sebagian tempat menggunakan sistem colet
dengan kuas dan untuk pencelupan hanya sekali kecuali warna soga, warna –warna
lain menggunakan colet.
N. Batik Kemodelan
Adalah
batik – batik klasik baik itu dari gaya Yogya maupun Solo, dibuat dengan
komposisi baru dengan pewarnaan Pekalongan dan kelihatan modern.
O. Batik Osdekan
Dalam
suatu kain batik akan timbul satu warna akan dibatik lagi terus ditimpa dengan
warna lagi baik itu berupa warna tua muda atau warna lain, hal ini membuat
warna batik lebih hidup dan seperti ada baying –bayang.
11
P. Batik Modern
Batik yang dalam prosesnya
terutama dalam pewarnaan menggunakan sistem baru yang biasanya dalam pencelupan
sekarang menggunakan sistem lain baik tu berupa gradasi, urat kayu maupun
rintang broklat. Motif –motif ini adalah motif baru yang berhubungan dengan
estetika. Komposisi gaya bebas batik ini popular di era tahun 80 an.
Q. Batik Kontemporer
Suatu batik yang tidak
lazim kelihatan batik, tetapi masih menggunakan proses pembuatannya sama
seperti membuat batik.
R. Batik Cap.
Batik yang pembuatannya
menggunakan alat beebentuk cap atau stamp baik itu proses coletan maupun
keliran.
12